Anti Drone – Radio Frequency proves to be the most important component of any Anti-Drone solution

Teknik apa yang terbaik untuk mengalahkan drone nakal? Drone nakal disini adalah drone yang secara ilegal memasuki suatu wilayah tertentu tanpa memiliki izin dari pihak yang bersangkutan. Pertanyaan ini menjadi semakin penting karena adanya ancaman drone yang semakin canggih dan secara dramatis terus meningkat.

Namun, teknologi counter-drone juga berkembang dengan cepat di tengah ancaman drone ilegal, yang mana teknologi anti drone sekarang ini menawarkan berbagai kemampuan untuk mendeteksi, mengidentifikasi, melacak, dan terkadang mengalahkan drone drone canggih di luar sana. Lantas apakah nantinya anti drone menyertakan kemampuan “mengalahkan” atau “defeat” dalam instalasi anti drone? Dan jika iya, jenis teknik mengalahkan apa yang tidak akan menimbulkan masalah khusus karena keberagaman teknologi anti-drone terhadap regulasi yang kompleks?

Ketika diperlukan secara operasional, teknologi mengalahkan drone terbagi kedalam 2 kategori besar.
Yang pertama adalah Hard-Kill Defeat atau teknik mengalahkan yang mematikan, teknik ini diaplikasikan pada operasi militer yang secara fisik menghancurkan atau menonaktifkan drone dengan risiko drone mengalami kerusakan. Yang kedua adalah Soft-Kill Defeat atau mengalahkan drone dengan teknik yang cukup aman dan tidak membahayakan yaitu dengan mengganggu spektrum Frekuensi Radio (RF).

Sebagian besar drone mengandalkan Frekuensi Radio untuk mengirim dan menerima sinyal, mengirim video, dan bernavigasi melalui GPS dan konstelasi satelit lainnya. Baru-baru ini dua soft-skill pengacau Frekuensi Radio telah muncul yakni: RF Cyber Takeover dan RF Jamming, yang masing-masing membawa kelebihan dan kekurangan, namun keduanya bisa saling melengkapi untuk aplikasi dengan tingkat ancaman yang tinggi.

RF Cyber Takeover Defeat

Teknik anti-drone RF Cyber Takeover adalah teknik mengalahkan drone dengan memanipulasi protokol Frekuensi Radio dengan mengambil kendali penuh atas drone yang kita dapat, seperti memaksanya mendarat di lokasi yang aman.

Namun jika mengandalkan teknik counter-drone RF Cyber Takeover sebagai satu-satunya cara untuk melenyapkan drone ilegal, terdapat risiko yang kemungkinan akan kita terima:

1. Karena RF Cyber Takeover berbasis library, kemungkinan drone baru yang berkomunikasi menggunakan protokol yang tidak diketahui akan kebal.
   
2. Drone dengan komunikasi pengontrol yang terenkripsi akan kebal juga.
   
3. Karena RF Cyber Takeover rentan terhadap perubahan protokol pabrikan, RF Cyber Takeover menjadi tidak efektif sampai pabriknya sendiri memperbaharui “reverse-engineered”, kecuali pabriknya menambahkan enkripsi dalam hal ini drone akan menjadi kebal terhadap anti-drone.
   
4. Solusi RF Cyber Takeover sering kali hanya mengontrol drone nakal secara berurutan atau satu per satu yang mana memerlukan waktu beberapa detik atau menit per satu drone, membuatnya kurang efektif melawan ancaman drone yang berkerumunan.
   
5. Kelemahan lainnya adalah ketika suatu teknik tidak efektif melawan kelas drone tertentu, seperti ketidakmampuan cyber takeover’s (mengambil alih drone) untuk mengalahkan komunikasi drone yang terenkripsi, dan saat itulah “pihak jahat” ini bergegas beradaptasi dengan cepat dengan mengganti model drone mereka.

RF Signal Jamming Defeat

Teknik anti drone yang kedua adalah RF Signal Jamming Defeat, teknik mengalahkan drone dengan memutuskan 3 link frekuensi radio yang diperlukan drone agar tetap efektif, yaitu:

1. Link aliran operator-to-drone command stream
2. link aliran drone-to-operator First-Person Video (FPV) stream, dan
3. Link aliran Global Navigational Satellite System (GNSS) yang diandalkan drone untuk mencari arah.

Sebenarnya tergantung pada dronenya, “menjamming” atau mengganggu aliran GNSS akan mengakibatkan drone perlahan mendarat, drone pulang/kembali ke tempat pertama kali diterbangkan, atau drone juga bisa melayang hingga baterai habis dan kemudian mendarat perlahan. Menggunakan teknik RF Signal Jamming Defeat ini memungkinkan kita secara bersamaan menetralkan segerombolan drone.

Download Brosur Anti-Drone

Intinya adalah teknologi pengacau sinyal Frekuensi Radio ini meminimalkan efek tambahan yang tidak diinginkan, misalnya di lingkungan bandara, yang mana dengan mengacaukan sinyal kontrol operator-ke-dronenya itu sudah mengalahkan sebagian besar drone yang ada tanpa harus mengacaukan sinyal GNSS di bandara, hal inilah yang membuat menggunakan metode pengacau sinyal Frekuensi Radio hanya perlu diaktifkan sebentar namun dapat mengalahkan drone nakal dengan cepat.

Choosing a Solution

Organisasi yang mempertimbangkan untuk memiliki alat untuk melenyapkan drone nakal mesti mempertimbangkan secara hati-hati profile dari drone tersebut terhadap biaya, kekuatan, dan kelemahan setiap anti drone yang akan kita pilih. Misalnya, banyak organisasi yang mungkin lebih baik berinvestasi pada sistem pendeteksi drone daripada menggunakan teknik anti-drone.

Sebaliknya ketika menggunakan anti drone berbasis Frekuensi Radio dan diizinkan secara hukum, maka akan ada pro dan kontra dari kedua teknik anti drone ini, misalnya apakah hal ini bisa diterima jika harus mengorbankan drone tertentu? Seperti yang dilakukan RF Cyber Takeover Defeat dengan keuntungan kita dapat meredirect subset drone yang tersisa? Atau justru lebih baik menetralisir lebih banyak drone seperti yang dilakukan RF Signal Jamming Defeat dengan meminimalkan peluang bagi “pihak jahat” ini untuk menghindar dan mengganti model drone mereka.

Organisasi dengan profil ancaman tertinggi bisa berinvestasi di kedua teknologi tersebut sebagai bagian dari pertahanan berlapis, itu sebabnya jika drone nakal tidak bisa dikendalikan oleh anti drone RF Cyber Takeover Defeat maka kita bisa mengalahkannya dengan metode anti drone RF Signal Jamming Defeat yaitu dengan mengacaukan sinyal mereka.

Baca juga: Metode Anti-Drone (Deteksi, Melacak, Identifikasi, dan Jamming)