Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif menjadi perhatian yang cukup besar di banyak negara di seluruh dunia termasuk di Indonesia, disamping jumlahnya yang tidak terbatas pemanfaatan energi matahari tidak menimbulkan polusi yang dapat merusak lingkungan, dimana energi atau sinar matahari dapat dapat dikonversi menjadi listrik dengan menggunakan teknologi sel surya atau yang kita sebut Panel Surya.
Di Indonesia sendiri penggunaan panel surya terbilang cukup tinggi sekitar 10 MWp, yang mana pemerintah menargetkan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terpasang hingga tahun 2025 sebesar 50 MWp/tahun, dllihat dari potensi penggunaan panel surya di Indonesia mencapai 112.000.000 MWp, jumlah ini merupakan gambaran potensi pasar yang cukup besar dalam pengembangan energi surya di masa depan.
Sehingga permintaan untuk pemeriksaan panel surya dan seisi atap yang efektif dan aman terus meningkat secara substansial untuk melihat penyebab kebocoran, kerusakan, retak, sambungan solder yang buruk, serta potensi fluktuasi. Inspeksi akan lebih mudah dengan menggunakan drone, hasil pengumpulan informasi pun dapat mudah dibagikan kembali kepada pemilik/pemangku kepentingan serta pembuat keputusan.
Berikut tutorial inspeksi panel surya dengan drone yang kami bagikan ke dalam 8 step.
Pengumpulan Data
- Memahami asetnya terlebih dahulu
- Menetapkan tujuan misi
- Memeriksa pengaturan sensor dronenya
- Merencanakan penerbangan drone
- Penangkapan data
- Inspeksi manual
Proses Datanya
- Thermal & Visual Datasets
- Penampilan Data
1. Memahami Asetnya Terlebih Dahulu
Step pertama adalah memahami asetnya, yang sudah kita ketahui atap perumahan atau bangunan di Indonesia memiliki berbagai bentuk dan ukuran, penting untuk kita melihat ruang lingkup proyek yang ingin kita inspeksi untuk memahami cara terbaik menginspeksinya.
Jika ukuran atapnya kecil, maka kita hanya perlu menangkap aset dalam hitungan menit untuk mendapatkan ekstra detail atapnya, sebaliknya jika atap bangunannya besar maka kita memerlukan waktu penerbangan yang lebih lama.
Ketinggian bangunan merupakan faktor utama saat merencanakan sebuah misi, oleh karena itu kita memerlukan alat yang tepat untuk memahami lingkungan bangunan,
drone DJI Mavic 3 Enterprise Series
- Menggunakan O3 Enterprise Transmission untuk menyediakan koneksi yang stabil
- APAS 5.0 fitur penghindaran rintangan omnidirectional untuk membantu menjaga keamanan drone saat terbang di lingkungan yang sempit dan kembali dengan selamat saat misi selesai.
2. Menetapkan Tujuan Misi
Step 2 adalah menetapkan tujuan misi, mungkin ada banyak aset berbeda di atas rooftop, oleh karena itu penting untuk memahami tujuan proyek. Sasaran yang berbeda membutuhkan sumber data yang berbeda pula (data visual atau data thermal, dll) bahkan persyaratan akurasi/resolusi yang berbeda.
Inspeksi rooftop bangunan bisa berupa:
-Inspeksi untuk deteksi retakan/kebocoran
-Inspeksi HVAC (heating, ventilation, dan air-conditioning)
-Inspeksi Exhaust,
-Inspeksi Panel Surya
Seperti inspeksi rooftop yang terdapat panel surya memerlukan sensor thermal yang harus dilakukan tepat setelah matahari terbenam, hal ini untuk memastikan tidak ada muatan thermal dari sinar matahari langsung namun panel surya akan tetap hangat sejak siang hari sehingga sensor thermal dapat mendeteksi adanya keretakan/kerusakan yang tidak bisa dideteksi oleh sensor visual saja, jadi terkadang kegiatan inspeksi drone dapat dilakukan dua kali (sebelum dan sesudah matahari terbenam).
Download Brosur Drone yang dilengkapi Sensor Thermal
Tips penerbangan drone lainnya adalah jangan mencoba terbang kurang dari 6 meter di atas atap bangunan atau gedung besar untuk pertama kalinya, selain memakan waktu terlalu lama, penerbangan terlalu rendah dari atap cukup berbahaya.
Ada aspek lain yang perlu dipertimbangkan yaitu persyaratan akurasi data, jika biasanya mengukur target menggunakan base station dengan drone DJI Mavic 3 Enterprise yang dilengkapi dengan modul RTK kita sudah bisa mendapatkan akurasi tingkat sentimeter tanpa memerlukan Ground Control Points (GCP/pemeriksaan validasi akurasi). Namun karena ini inspeksi yang sebagian besar berorientasi pada pemeriksaan akurasi bukan menjadi prioritas utama, tapi jika data perlu diselaraskan dengan data lokasi kerja lainnya, anda wajib menggunakan modul RTK, dimana teknologi RTK, PPK, dan Cloud PPK dapat membantu anda memperoleh akurasi tingkat tinggi.
3. Periksa Pengaturan Sensor
Ada beberapa faktor berbeda yang perlu dipertimbangkan saat memilih settingan kamera/sensor. Auto setting biasanya cukup untuk mengumpulkan data yang baik, tapi disini kami akan memberikan tutorial cara setting sensor drone dengan sangat detail, berikut caranya:
- Shutter Speed: anda bisa atur shutter speed dari 1/1000 atau lebih tinggi selama penerbangan di siang hari. Tapi jika penerbangan dilakukan pada malam hari, coba setting shutter speednya secepat mungkin sambil tetap melihat rooftopnya dengan jelas karena penerbangan malam hari berpotensi terjadi motion blur.
- Setting ISO untuk menyeimbangkan shutter speed, selama penerbangan siang hari kita cukup setting ISO di mode Auto, tapi selama penerbangan di malam hari, anda bisa mengatur ISO untuk membantu mencerahkan gambarnya.
- Format Gambar: JPG
- Rasio Gambar 4:3
- Rana Mekanis: ON
- Sensor untuk mengcapture pilih: ALL
Karena kita akan membahas inspeksi panel surya, kami sarankan untuk menyetel palet warna ke IronRed karena terdapat perbedaan warna yang besar di seluruh suhu pada tampilan kamera.
4. Merencanakan Penerbangan
Metode yang paling umum untuk inspeksi panel surya yang berada di rooftop adalah dengan mengumpulkan cukup banyak foto yang tumpang tindih untuk menghasilkan peta beresolusi tinggi dan model 3D, hal ini bisa didapatkan melalui aplikasi DJI Pilot 2 jika anda menggunakan drone DJI Mavic 3 Enterprise Series. Saat merencanakan misi, metode terbaik adalah memilih opsi Mapping Mission. Berikut panduannya:
- Gunakan settingan default yakni overlap 70% dan frontlap 80%. Settingan ini harusnya cukup untuk rekonstruksi model 3D berkualitas tinggi.
- Untuk kamera thermal, setting sidelap dan frontlapnya 80%
- Ketika memilih ketinggian, anda akan menggunakan kedua sliders Flight Route Altitude dan Target Surface to Takeoff Point. Ketinggian optimal penerbangan di atas atap bangunan rumah adalah 7-15 meter di atas atap bangunan, sebaliknya ketinggian optimal penerbangan di atas bangunan yang lebih besar adalah 15-30 meter di atas atap bangunan.
Dengan memanfaatkan penerbangan cepat untuk memeriksa ketinggian bangunan, anda dapat mengatur ketinggian misi yang sesuai, misalnya:
1. untuk inspeksi ketinggian sebuah rumah yang tingginya 7 meter, setting Target Surface to Takeoff Pointnya menjadi 7 meter dan Mission Altitudenya menjadi 15-22 meter.
2. Untuk gedung dan bangunan yang lebih besar yang tingginya 15 meter, rencanakan Target Surface ke Takeoff Point hingga 50 meter dan Flight Route Altitudennya 30-45 meter.
Dengan menggunakan Target Surface to Takeoff Point slider kita masih bisa mencapai settingan overlap yang benar bahkan jika drone diluncurkan dari darat. Dengan sensor 4/3” Mavic 3 Enterprise, kita bisa menangkap detail luar biasa dengan range dynamic yang besar.
Nah berikut estimasi GSD dengan Drone DJI Mavic 3E:
25 feet 0,2 cm/pixel
50 feet 0,4 cm/pixel
75 feet 0,6 cm/pixel
100 feet 0,8 cm/pixel
Estimasi GSD dengan Drone DJI Mavic 3T:
25 feet 0,26 cm/pixel visual, Thermal 1 cm/pixel
50 feet 0,53 cm/pixel visual, Thermal 1,98 cm/pixel
75 feet 0,78 cm/pixel visual, 2,97 cm/pixel Thermal
100 feet 1,05 cm/pixel visual, Thermal 3,96 cm/pixel
Jika rekonstruksi 3D adalah tujuan dari inspeksi ini, DJI Mavic 3 Enterprise Series dapat memanfaatkan fungsi Smart Oblique. Ini membantu mengendalikan gimbal selama penerbangan untuk menangkap citra miring secara otomatis.
Arah dan kecepatan penerbangan adalah aspek lain yang perlu dipertimbangkan. Drone DJI Mavic 3 Thermal menggunakan 4/3” Mechanical Shutter, yang memungkinkan pengambilan cepat dengan tetap menjaga akurasi gambar dan meminimalkan distorsi gambar.
Waktu penangkapan 0,7 detiknya memungkinkan drone untuk mensurvei jauh lebih cepat daripada versi sebelumnya. Kecepatan penerbangan tidak begitu penting untuk Mavic 3 Thermal, tetapi jika tujuannya adalah Inspeksi Thermal dengan M3T, cobalah untuk membatasi kecepatan tertinggi di bawah 10 mph (~4,4 m/s) untuk meminimalkan motion blur.
Saat merencanakan arah penerbangan dan menangkap citra visual saja, disarankan untuk terbang ke arah yang paling efisien. Untuk inspeksi panel surya dengan drone DJI Mavic 3T di atas atap, disarankan untuk terbang sejajar dengan panel untuk hasil terbaik saat memproses data.
5. Penangkapan Data
Setelah memahami bangunan, menetapkan ruang lingkup proyek, dan menyiapkan misi pemetaan, sekarang saatnya menangkap datanya.
Selalu pastikan kita mempertahankan garis pandang visual dengan dronenya, yang mungkin sulit dilakukan saat memotret atap gedung. Perhatikan baik-baik rencana penerbangan drone dan kamera FPV untuk memastikan kita tidak beroperasi di atas manusia.
6. Inspeksi Manual
Setelah misi otomatis selesai, kita dapat (secara opsional) mengambil data tambahan dari lokasi tersebut. Layar pengambilan manual yang ditunjukkan di bawah ini memiliki banyak fitur untuk membantu kita mendapatkan hasil maksimal dari pemeriksaan manual. Mavic 3 Enterprise dan Mavic 3 Thermal keduanya menggunakan sensor telezoom hybrid 56x, dan dengan menggunakan scroll wheel yang mana anda dapat menyesuaikan level sensor zoomnya.
Untuk membantu lebih memahami target saat inspeksi panel surya secara manual, Drone DJI Mavic 3T menawarkan tampilan berdampingan untuk menampilkan zoom dan kamera thermal secara berdampingan dan real-time yaitu dengan menekan SBS button di layar.
Jika anda menggunakan sensor zoom dengan M3T, kami juga merekomendasikan penggunaan fitur link zoom untuk menjaga agar zoom dan sensor thermal terkunci pada tingkat zoom yang sama.
7. Pengumpulan Data Thermal & Visual
Setelah mengumpulkan data, saatnya mengubah data menjadi model 2D orthomosaic dan 3D berkualitas tinggi. Memanfaatkan DJI Terra, prosesnya sederhana untuk mendapatkan kumpulan data yang bagus.
Berikut langkah-langkah memproses data dengan DJI Terra:
- Impor foto/folder ke DJI Terra
Jika memproses kumpulan data visual dan thermal, kami sarankan untuk memproses kumpulan datanya secara terpisah - Pilih jenis outputnya (2D Map, 3D Model) dan ekstensi filenya (Tiff, Obj, dll.) dan tentukan sistem koordinatnya (jika menggunakan layanan NTRIP)
- Langkah Opsional: Impor data GCP dan pilih kode EPSG yang benar untuk wilayahnya.
- Jalankan 2D Mapnya dan langkah-langkah rekonstruksi model 3D.
8. Menampilkan Data Inspeksi
Step terakhir adalah menampilkan datanya, DJI Terra sendiri memiliki fitur yang dapat membantu anda melihat dan menganalisis data anda seperti mengukur retakan dan kebocoran dengan annotation tools dari DJI. Fungsi lainnya adalah DJI Terra dapat mengorbitkan 3D model anda tanpa batas, sehingga ada dapat menjelajahi 3D model aset untuk waktu yang lama.
Nah setelah membahas step by step inspeksi drone pada objek panel surya, untuk membantu mengotomatiskan analisis pemeriksaan seperti deteksi retakan, deteksi kebocoran pada panel surya, kita bisa menggunakan software pihak ketiga seperti Raptor Maps, yang akan kami bahas di blog selanjutnya.
Jika ada pertanyaan, silahkan hubungi kami melalui:
Email: sales@halorobotics.com
WhatsApp: +62811-1909-0099